Mengenang 12 Tahun Tragedi Trisakti Bersimbah Darah

setelah 12 tahun berlalu Pelaku penembakan 6 Mahasiswa Belum tertangkap juga ! dan Pelaku pemerkosaan juga belum tertangkap !

Kronologis kejadian trisakti bersimbah darah...........

Setelah enam mahasiswa tewas di Universitas Trisakti, kerusuhan melanda Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Mengapa mahasiswa yang sudah berada di dalam kampus harus ditembak





Selasa, 12 Mei 1998, sekitar pukul 10.15, mahasiswa Trisakti mulai menggelar aksi keprihatinan dengan mengadakan mimbar bebas di dalam kampus. Yang mereka suarakan adalah reformasi politik dan ekonomi, di antaranya penurunan harga-harga. Mahasiswa juga meminta Presiden Soeharto mundur dari jabatan presiden.
Semakin siang, mahasiswa yang mengikuti mimbar bebas semakin banyak. Memasuki tengah hari, sekitar 5.000 mahasiswa memadati lapangan parkir Trisakti itu. Tepat pukul 12.00, mahasiswa berniat mengadakan long march ke Kantor DPR/MPR di Senayan. Namun baru sekitar 100 meter keluar dari kampus, aparat keamanan menghalangi mereka.

Setelah negosiasi gagal, akhirnya para mahasiswa itu memilih aksi duduk, dan aparat bersedia mundur sedikit. Dan barisan sepanjang 500 meter yang memanjang dari depan Kampus Trisakti hingga Kantor Walikota Jakarta Barat ini mulai menggelar mimbar bebas. Mereka mengisi acara itu dengan orasi, baca puisi dan aksi simpatik beberapa mahasiswi yang membagi-bagikan bunga kepada para polisi yang berjaga. Tak ada ketegangan yang kelihatan saat itu.

Aksi mimbar bebas yang diikuti mahasiswa, dosen dan alumni Trisakti itu berjalan sekitar lima jam dengan damai, tanpa lemparan batu sekali pun. Juga ketika Adi Andojo SH, mantan salah satu Ketua Mahkamah Agung yang kini mengajar di Trisakti itu ikut berbicara di mimbar bebas. Komandan Kodim dan Kepala Polisi Resort yang juga berbicara dan meminta mahasiswa untuk kembali ke kampus, pada mulanya tak berhasil membawa mahasiswa balik ke kampus.

Sekitar pukul 16.30, mahasiswa sepakat dengan permintaan aparat keamanan untuk mundur ke dalam kampus. Ketika itulah timbul ketegangan. Mahasiswa mengejek aparat dan rupanya tindakan itu berbalas. Menurut seorang saksi di kalangan mahasiswa, ketika mahasiswa berjalan kembali ke arah kampus, ada kata-kata kotor dan ejekan. "Sepertinya polisi itu sengaja memancing kemarahan mahasiswa," kata sumber ini. Saat itu seseorang berbaju putih, yang mengaku sebagai seorang alumni Trisakti, tiba-tiba lari dari pinggir jalan menuju ke arah polisi. Entah dengan maksud untuk menengahi atau apa, ia berada di antara barisan mahasiswa dengan polisi. Kontan saja mahasiswa menyerbu orang tersebut, begitu juga para polisi. Bentrokan kecil sempat terjadi.

Polisi yang dipimpin Letkol Timor, Kapolres Jakarta Barat, itu mulai bersiap dan mengokang senapan. Mereka mengancam akan menindak mahasiswa jika tidak kembali ke kampus. Ketika mahasiswa mengalah dan berbalik arah, berjalan kembali ke kampus, beberapa saat kemudian mulai terdengar suara letusan senapan. Mendengar suara tembakan itu, mahasiswa panik, dan segera lari kalang kabut menyelamatkan diri. Suasana mencekam dan kacau balau.








Menurut Anto, mahasiswa Ekonomi Trisakti angkatan 96, ia sempat melihat seorang ibu dan anaknya yang masih kecil terjatuh dan terinjak-injak massa. Juga, ia sempat melihat beberapa rekannya yang ditarik dan dibawa aparat (belakangan diketahui, jumlah sementara mahasiswa Trisakti yang hilang saat kerusuhan itu sepuluh orang). Anto juga melihat seorang mahasiswi yang sedang dipukuli oleh polisi dan kemudian juga diinjak-injak. Penembakan terhadap mahasiswa itu berlangsung kurang lebih tiga jam. Sekalipun mahasiswa sudah berada di dalam kampus, tembakan terus dilakukan, entah dari depan kampus atau dari jalan layang di depan kampus.

Akibatnya, enam mahasiswa tewas. Sebanyak 16 orang mahasiswa dan warga masyarakat mengalami luka parah. Baik karena tembakan maupun pukulan, atau terinjak oleh rekan-rekan mereka, saat mereka berlarian menyelamatkan diri ketika dikejar oleh polisi.






Mereka yang tewas adalah Elang Mulya Lesmana (Teknik Arsitektur 96), Heri Hartanto (Teknik Mesin 95), Hendriawan Lesmana (Ekonomi 96), Hafidin Royan (Teknik Sipil), dan Alan Mulyadi. Mereka ada yang tertembak di leher, di kepala, dan juga di dada. Semuanya dengan peluru tajam -- Kapolda Jaya Mayjen Hamami Nata mengatakan bahwa anak buahnya bersenjatakan peluru karet dan peluru hampa. Sementara seorang siswa STM, Samsul Bahri, terpaksa harus langsung dioperasi karena tertembak di perutnya. Menurut saksi mata, korban terluka sangat parah, hingga ususnya keluar.

Dari selongsong peluru yang ditemukan mahasiswa, ada dua tipe selongsong yang berbeda. Yang satu ujungnya bergerigi, dikenal sebagai peluru karet. Sedangkan satunya lagi ketika dicocokkan dengan peluru tajam yang ditemukan masih utuh, ternyata ukurannya sama persis.

Sekitar pukul 23.30, menurut Ewim (Teknik Perminyakan 96), Samsul sudah meninggal. Dua jam sebelumnya, di depan ruang gawat darurat RS Sumber Waras, tampak anggota keluarga korban berkumpul dan bertangisan dengan pilunya. Ibu Elan tampak histeris. "Elan, Ibu di sini. Ibu menjemputmu, Nak," teriak ibu Elan. Menurutnya, Elan adalah anak yang baik. "Elan tidak pernah ikut-ikutan seperti ini," teriak ibu Elan. Sementara di kamar mayat, beberapa mahasiswa Trisakti membaca Al Qur'an bersama-sama. Sementara beberapa anggota keluarga korban meraung menangisi si korban.

"Ini sudah keterlaluan, melihat para polisi menembaki mahasiswa tanpa alasan apa pun dengan membabi buta seperti itu. Saya jadi bertanya-tanya dalam hati, mereka itu manusia atau iblis," ujar Andre Moedanton, 42 tahun, yang menjadi dosen seni rupa di Trisakti. Andre kebetulan ada di tempat kejadian ketika penembakan terhadap mahasiswa itu terjadi.

Andre yang juga putra Rektor Universitas Trisakti itu, sebelum penembakan sempat tampil ke mimbar membacakan puisi yang isinya menyinggung kesengsaraan rakyat akibat krisis ini. "Sekitar pukul lima sore, mahasiswa memutuskan untuk bubar. Mereka menarik diri dengan damai, masuk ke dalam kampus. Tetapi ketika para mahasiswa itu berjalan masuk ke dalam kampus, tanpa alasan yang jelas, tanpa ada satu pun lemparan batu ke arah aparat polisi, secara tiba-tiba puluhan polisi yang berada di atas jalan layang melepaskan tembakan secara bersamaan ke arah massa."

Menurutnya, tembakan dari depan kampus Trisakti itu segera diikuti dengan tembakan aparat dari arah Timur dan Barat. Sehingga massa terkepung dan panik menyelamatkan diri masuk ke dalam kampus. Sambil menggeleng-gelengkan kepala, dengan raut wajah bingung, Andre bilang,"Mahasiswa melakukan aksinya dengan damai, mereka tidak bersenjata sama sekali, bahkan tidak punya batu. Kenapa para polisi itu menembaki mahasiswa?"

Menurut Anto, 21 tahun, mahasiswa Ekonomi Trisakti 96, ia berada di barisan depan massa ketika pecah penembakan, dan ia lari menyelamatkan diri ke Kantor Walikota Jakarta Barat. Ada sekitar 70 orang mahasiswa lain bersamanya di situ. Ia yakin, sebagian besar korban jatuh ditembak saat mereka berada di dalam kampus.








Kabarnya, menurut sumber-sumber TEMPO Interaktif, polisi itu menembaki sambil berkata-kata dengan marah,"Jangan sekali-kali berani turun ke jalan, karena kami akan membunuh kalian." Kawanan polisi lainnya berkata,"Kami akan terus menembaki dan mengurung kalian hingga jam 24.00". Kata-Kata kotor atau makian juga terdengar, seperti,"Mahasiswa anjing, mampus kalian." Tampaknya, dalam urusan maki-memaki ini, terjadi perang mulut antara aparat dengan mahasiswa.

Setelah berada di dalam kampus Trisakti, ternyata para mahasiswa itu belumlah aman. Belum sempat mereka istirahat, di Plaza Trisakti yang terletak di tengah-tengah kampus, tiba-tiba mereka ditembaki oleh penembak yang diperkirakan berasal dari atas gedung baru Trisakti yang belum selesai dibangun. Yang tidak dimengerti oleh mahasiswa dan para dosen adalah, mengapa penembakan itu bisa berlangsung selama hampir tiga jam, tanpa ada perintah untuk menghentikannya.

Ada dugaan sementara bahwa hal ini mungkin berkaitan dengan dibunuhnya seorang intel polisi oleh mahasiswa di kampus Universitas Djuanda, Ciawi, beberapa hari sebelum kejadian naas ini. Banyak mahasiswa menduga bahwa penembakan terhadap mereka ini sudah direncanakan oleh kepolisian. Dalam peristiwa ini tidak ada aparat militer selain polisi yang terlibat.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya hanya berdiri. Dan tiba-tiba saya tertembak di leher saya," cerita Yudha Yulianto, salah satu korban. Di sampingnya, Aleksander yang juga mahasiswa, mengaku hal yang sama. Dia hanya berdiri saja, dan tahu-tahu kakinya tertembak.

Yang menjadi korban bukan hanya mahasiswa. Menurut Misdiono, saudara Samsu Bahri, ada dua warga non kampus juga tertembak. "Saya melihat salah satunya tertembak di punggung," katanya.

Insiden ini memang brutal. Padahal, menurut Adi Andojo, proses demonstrasi berjalan dengan damai. Mahasiswa menggelar aksi tanpa persiapan senjata seperti batu atau pun tongkat. Dalam aksi tersebut tidak terlihat lemparan batu ke arah petugas keamanan.

Setelah aksi selesai dan mahasiswa telah bubar, mantan hakim agung Adi Andojo pulang. Baru beberapa menit dia berada di rumah, dia mendapatkan telepon yang mengatakan bahwa seorang mahasiswa tewas terkena tembakan. Dan satu jam kemudian, dia mendengar kabar lagi bahwa sudah empat mahasiswa tewas. Dia pun segera menuju rumah sakit Sumber Waras. "Saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri, empat mahasiswa tewas di kamar mayat rumah sakit Sumber Waras," ujar Adi.

Pihak rektorat sangat menyesalkan insiden ini. Dan Adi mengatakan bahwa pihak rektorat akan mengajukan protes keras kepada Kapolri dan Menteri Pertahanan dan Keamanan. Dia juga mengatakan bahwa pihaknya juga akan segera melaporkan insiden ini kepada Komnas HAM.

Namun, tampaknya dia tidak perlu bersusah payah. Saat dia melakukan konferensi pers, Marzuki Darusman, salah seorang wakil ketua di Komnas HAM telah tiba di sana. Menurutnya, Komnas HAM akan segera melakukan investigasi dalam insiden ini. Namun dia belum bisa memberikan gambaran apa yang akan dilakukan. "Baru akan kami bicarakan dengan pihak rektorat Universitas Trisakti," ujar Marzuki Darusman.

Demonstrasi mahasiswa yang memprotes kematian enam orang itu akhirnya pecah di mana-mana. Di Jakarta, demonstrasi bahkan sudah melibatkan massa tak jelas yang merusak dan mencuri. Dan sampai Jum'at ini (15 Mei 1998), Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, memang lumpuh total.
Belasungkawa dan Amarah Massa

Untuk menghantarkan rekannya yang tewas, ribuan mahasiswa kembali berkumpul di Universitas Trisakti esok harinya. Sejumlah tokoh tampil membawakan orasi di "mimbar duka" depan Gedung Sjarief Thayeb, di Universitas Trisakti, Rabu 13 Mei 1998. Mereka antara lain, Megawati Soekarnoputri, Amien Rais, Adnan Buyung Nasution, Kwik Kian Gie, pentolan "Malari" Hariman Siregar, dan sejumlah tokoh lainnya.
Umumnya mereka menyampaikan rasa belasungkawanya terhadap keluarga korban. Kwik Kian Gie yang manggung atas nama yayasan, menegaskan bahwa tragedi Trisakti itu adalah bukti nyata menguatnya budaya kekerasan di kalangan aparat. Namun, ekonom ini menganjurkan agar mahasiswa tidak terpancing dengan kebiasaan tak terpuji itu. Megawati, yang tampil agak garang dari biasanya, mengutuk keras tragedi ini. "Perjuangan kalian akan kami teruskan" sambungnya penuh haru.

Hariman Siregar, yang sempat disuruh turun oleh sejumlah mahasiswa, menegaskan bahwa pemerintah Orde Baru telah melenceng jauh dari kesepakatan awal perjuangannya. Kekerasan di Trisakti itu adalah contoh yang paling aktual, lanjut tokoh Malari ini. Adnan Buyung Nasution, yang datang bersama Hariman Siregar, sangat menyesalkan kenapa mahasiwa selalu menjadi korban dari sebuah perubahan. Pemerintah Orde Baru menurut Buyung lahir karena tetesan darah mahasiwa. "Lalu mengapa diperjalanan orde ini, nyawa mahasiswa terus melayang" tanya Buyung.

Amien Rais, yang dikawal ketat oleh para mahasiswa menegaskan bahwa para korban dalam tragedi itu, mati sebagai suhada. Mereka adalah pahlawan reformasi nasional. Namun menurutnya, perjuangan mereka tidak akan sia-sia. "Darah mereka akan selalu mengobarkan semangat kita", kata Amien. Menurut Amien, dalam kondisi yang kian panas ini, ABRI hanya punya dua pilihan, melindungi satu orang dan keluarganya atau melindungi seluruh bangsa. "Tetapi saya yakin bahwa ABRI akan mempertahankan rakyat, bukan kekuasaan," teriak Amien.

Saat itu, Amin juga sempat mengutip ayat Al Qur’an. Siapa pun yang membunuh seorang manusia, dia sudah seperti membunuh seluruh manusia: barangsiapa melindungi seseorang, dia telah melindungi seluruh manusia. Di akhir orasinya, ketua PP Muhammadiyah ini memberikan semangat kepada mahasiswa. "Lanjutkan demonstrasi dengan damai. Allah akan memberkati perjuangan kita," pekik Amien yang disambut dengan teriakan "Allahu Akbar", oleh mahasiswa. Sebelumnya, Amien juga sempat mengajak semua masyarakat untuk meningkatkan semangat guna menggulingkan kekuasaan yang sewenang-wenang. Usai orasinya itu, Ketua PP Muhammadiyah ini langsung naik ke lantai 12 gedung Syarief Thayeb Trisakti.

Di ruang pertemuan itu telah menanti sejumlah tokoh antara lain, Sarwono Kusumaatmadja, Adnan Buyung Nasution, Arifin Panigoro, Rendra, Hariman Siregar, dan sejumlah tokoh lainnya. Pertemuan ini memang terlihat spontan. Di samping mengecam tindakan aparat terhadap mahasiswa, beberapa tokoh yang berbicara juga sepakat agar aksi keprihatinan mahasiswa harus dilanjutkan. Pada kesempatan itu Rendra juga membacakan puisi secara khusus buat para syuhada tadi.

Pertemuan itu memang tidak berlangsung lama. Karena tuan rumah, Trisakti, akan berangkat ke pemakaman tanah kusir. Sekitar pukul 12.30 WIB, satu per satu tokoh publik ini pergi meninggalkan kampus duka itu. Namun, aktivitas di depan gedung Syarief Thayeb justru tambah marak. Orasi demi orasi terus dilewati. Sesekali terdengar panitia membacakan ucapan belasungkawa yang datang dari berbagai perguruan tinggi, tokoh-tokoh masyarakat, lembaga-lembaga tinggi negara, dan unsur masyarakat lainnya.

Para mahasiswa itu memang sempat terpancing oleh ulah massa yang berkerumun di jalan S Parman depan kampus Trisakti dan massa yang berjubel di Jl. Kyai Tapa. Massa di ruas jalan itu memang melakukan pengrusakan dan pembakaran ban mobil, kertas, dan barang -barang lainnya di tengah jalan. Namun, berkat kesigapan para pemimpin aksi, ribuan mahasiswa itu dapat mengurungkan niatnya. Satgas aksi yang dibentuk secara kilat dari berbagai kampus itu, terlihat sabar meyakinkan kawan-kawannya.

Mereka cukup repot ketika ribuan mahasiswa itu keluar, lantaran truk polisi dari Kodam Jaya yang lewat depan kampus itu menyemprotkan gas air mata. Team medis kampus pun terlihat sibuk membantu ratusan mahasiswa yang terkena gas air mata.

Ketika hari semakin siang, massa di luar kampus semakin banyak. Mereka melemparkan batu ke arah polisi yang bertahan di depan Citra Land, depan kampus Trisakti. Serangan mereka memang semakin ganas. Dan polisi pun, mengokang senapan dan letusan pun terdengar berulang kali.

Akibatnya, hingga saat ini tercatat satu orang meninggal lantaran kesambar truk yang didorong massa. Sebelas orang luka parah terkena tembakan peluru maupun pentungan petugas. Truk yang menabrak orang naas tadi, memang dibakar massa di depan Citra Land dan terus didorong ke arah Jl. Daan Mogot. Truk itu melaju kencang, lantaran pedal gasnya diganjal oleh massa. Para marinir yang berdiri tak jauh dari lokasi itu memang nyaris menjadi korban. Ketika para marinir itu menghindar, penduduk yang berlindung di balik mereka, tak sigap melompat.

Setelah jatuh korban, amarah massa pun semakin tak terkendali. Ribuan massa yang berjubel di Jl. Kyai Tapa, merangsek maju sembari melemparkan batu ke arah polisi. Kenekatan massa di Jl. Kyai Tapa itu, disambut oleh massa yang memadati Jl. Daan Mogot. Mereka membakar mobil-mobil yang nongkrong di parkiran Dan Mogot. Akibatnya, 17 mobil hangus dibakar, dan 11 lainnya hancur diamuk massa. Tidak hanya itu, massa pun menyulutkan api ke pom bensin yang terletak tak jauh dari kampus Trisakti.

Sekarang muncul lagi beberapa kasus baru yg dibeberkan oleh perwira tinggi POLRI (Susno Duadji )tentang Kebobrokan institusi tersebut...... tapi si "Whistle Blower" malah di tangkap sebagai upaya pembungkaman agar dirinya tidak bernyanyi tentang keterlibatan para perwira tinggi... memang institusi penegak hukum yg sangat baik reputasinya di Indonesia...





Keajaiban Keajaiban Yang Terjadi Saat Perang di Gaza Palestina

Keajaiban-Keajaiban yang Terjadi Saat Perang di Gaza Palestina. Gaza, itulah nama hamparan tanah yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan, “terjepit” di antara tanah yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya.

Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel sangat kesulitan.

Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.

Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Mereka “mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.

Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.
Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Serikat.

Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk, walau hanya dengan berbekal senjata-senjata kuno.

Itulah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa “peristiwa aneh” lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.

Berikut ini adalah rangkuman “kisah-kisah ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk kita ingat dan renungkan.

Pasukan “Berseragam Putih” di Gaza

Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.

Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.

Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.

Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.

Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”

Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”

Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya,

“Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?”

Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.

Suara Tak Bersumber

Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).

Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.

“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.

Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.

Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.

“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.

Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesuatu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.

Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan,

“Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”

Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.

Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis.” Kenapa kalian menangis?” tanyanya.

“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya.

Saksi Serdadu Israel

Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.

Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Channel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.

“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.

Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.

Masih dari Channel 10, seorang Lentara Israel lainnya mengatakan,

“Kami berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”

Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu?

Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh

Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.

Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.

Untunglah para mujahidin selamat. Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas.

Tak lama kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi itu.

Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.

Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga tidak memiliki kesempatan serupa.”

Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.

Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan lersebut, para mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva ledakan? Wallahu a’lam.

Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak terkendali.

Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa, “Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”

Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para mujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.

Merpati dan Anjing

Seorang mujahid Palestina menuturkan “kisah aneh” lainnya kepada situs Filithin Al Aan (25/1/ 2009). Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.

Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati.

Begitu merpati itu melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyian mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang beberapa saat kemudian bom-bom Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.

Adalagi “cerita keajaiban” mengenai seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.

Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan berkata kepadanya, “Kami adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan menimbulkan masalah untuk kami.”

Setelah itu, si anjing duduk dengan dua tangannya dijulurkan ke depan dan diam. Akhirnya, seorang mujahidin yang lain mendekatinya dan memberinya beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan korma itu, lalu beranjak pergi.

Kabut pun Ikut Membantu

Ada pula kisah menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di masjid Al Qassam (17/1/2009).

Saat itu sekelompok mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus mengawasi.

Di saat posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu telah menutupi pandangan mata tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan.

Kasus serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah satu pemimpin lapangan Al Qassam, sebagaimana ditulis situs almesryoon.com (sudah tidak bisa diakses lagi). la bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba turun dan membatu para mujahidin untuk melakukan serangan.

Awalnya, pasukan mujahiddin tengah menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank tentara Israel guna meledakkannya. “Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.

Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.

Selamat Dengan al-Qur’an

Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang yang menderita luka memasuki rumah sakit As Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya kaget ketika mengetahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut.

Yang membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an yang selalu berada di saku sang pejuang.

Buku kumpulun doa itu berlobang, namun hanya sampul muka mushaf itu saja yang rusak, sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah “berantakan”.

Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan Al Muslimun (23/1/2009).

Dr. Hisam juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an, serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru tersebut.

Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik. Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan tetapi mushaf-mushaf Al Quran tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.

“Kami temui beberapa mushaf yang terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan tentang kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah,

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, ’sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,’ (Al-Baqarah [2]: 155-156),”

jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam Online (15/1/2009).

Harum Jasad Para Syuhada

Abdullah As Shani adalah anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam yang menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza.

Jasad komandan lapangan al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang” setelah terkena rudal. Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.

Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo.com (24/1/2009), serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.

Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang yang mengenal sang pejuang yang memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.

Lalu, puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong plastik.

Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.

Cerita yang sama terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang juga syahid karena serangan udara Israel di Nashiriyah. Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak.

Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah para syuhada. Sebagaunana dilansir situs Al Quds Al Arabi (19/1/2009), saat masih berada di Gaza, ia menyampaikan,

“Saya telah mengunjungi sebagian besar kota dan desa-desa. Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya mencium bau harumnya para syuhada.”

Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir

Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Ia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan lalu.

Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal) al-Qur’an di Gaza dan bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh pelatihan militer. Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar memperoleh kesyahidan.

Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.

Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut.

Walau sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang tertidur.

Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.

Kabar tentang kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)

Terbunuh 1.000, Lahir 3.000

Hilang seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya, ungkapan ini cocok disematkan kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini.

Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di Gaza.

“Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika Israel melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.

Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran. Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus.

Rasio antara kematian dan kelahiran di Gaza memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang kematian mencapai 5 ribu.

“Israel sengaja membunuh para wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza. Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita mengalami luka-luka.”

Keajaiban-keajaiban yang terjadi saat perang di Gaza Palestina, kisah-kisah ajaib Pejuang Mujahidin Palestina dibantu pasukan tidak dikenal serdadu berseragam putih dan keajaiban lainnya. Dari berbagai sumber